Untuk masalah ibadah, Imam Ghozali mengambil
sumber dari ayat : WAMAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLAA LIYA`BUDUUN. ”
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk ibadah kepadaKu “. Mengenai
makna huruf lam pada kalimat ‘ liya`buduun ‘ ini masih silang pendapat ; apakah
ini ‘ lam lishshoiruroh ‘ atau ‘ lam lil ghoyah ‘ , ataukah ‘ lam lil ghorodl
‘.
Satu pertanyaan yang tidak mungkin bisa dijawab
oleh manusia : Untuk apakah manusia itu ada di dunia ? atau Apakah tujuan
manusia hidup di dunia ini ? Satu pertanyaan ini sudah dicoba dijawab oleh
orang yang pandai-pandai. Sejak dunia berkembang diatas bulatan bumi ini ,
sudah banyak bintang-bintang manusia yang namanya sudah tersohor didunia ini
seperti : Sokrates, Plato, Aristoteles, mereka ini ahli-ahli filsafat,
semuanya ingin menjawab satu pertanyaan ini. Bahkan ada seorang sarjana,
titelnya profesor dari Belanda, ia ahli ilmu pasti, maka setelah usianya itu 70
tahun, dia berguling-guling diatas ranjang kematian.
Dengan menangis dia berkata :
” Ya Tuhan, saya telah dilahirkan ke dunia ini
tetapi sampai sekarang saya tidak tahu untuk apa saya dilahirkan ?.
Ya Tuhan, setelah saya dilahirkan, saya hidup
sampai 70 tahun, namun sampai sekarang saya tidak mengerti untuk apa saya
dihidupkan sampai 70 tahun ini ?.
Ya Tuhan, sekarang saya ini menjelang mati,
namun sampai sekarang saya juga tidak mengerti untuk apa saya dimatikan ?.
Mengapa tidak dihidupkan selama-lamanya didunia
ini ? “.
Seorang profesor tersebut tidak tahu jawaban
tiga macam pertanyaan ini, sampai-sampai dia menangis, yaitu :
Untuk apa saya dilahirkan ?
Untuk apa saya dihidupkan ?
Untuk apa saya dimatikan ?
Ini satu keuntungan kita sebagai umat Islam
karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu dijawab oleh Nabi Muhammad melalui Al
Qur-an, sebab pertanyaan ini tidak bisa dijawab oleh manusia.
” Apakah tujuan hidup manusia ? “.
Tidak mungkin manusia bisa menjawab pertanyaan
ini.
Apa sebabnya manusia tidak bisa menjawab satu
pertanyaan ini ?
Karena manusia itu tidak ikut menciptakan
dirinya sehingga tidak tahu, yang tahu tujuan adalah Yang menciptakan manusia. Misalnya
: Anda membuat lampu. Lalu seandainya lampu itu ditanya :
” Hai lampu, apa perlunya kamu diciptakan ? “.
Maka jelas lampu itu tidak mengerti.
Seandainya lampu bisa berbicara mungkin
dijawab:
” Tanyakan saja kepada yang membuat aku “.
Demikian pula bila kursi ditanya :
” Hai kursi, apa tujuan kamu diciptakan ? “.
Jawab kursi :
” Tanyakan saja kepada tukang-tukang yang
membuat kursi itu karena aku tidak mengerti. Aku ini asalnya dihutan, lalu
ditebang, digergaji, dipasrah, dibentuk-bentuk, akhirnya aku jadi kursi, tapi
aku tidak tahu untuk apa aku ini dibuat “.
Jadi untuk apa manusia diciptakan itu yang tahu
adalah Yang menciptakan manusia itu sendiri yaitu Alloh, oleh sebab itu
tanyalah kepada Alloh.
Bagaimana cara bertanya kepada Alloh ?
Yaitu melalui Al Qur-an. Al Qur-an itu isinya
114 surat, dan yang disurati itu manusia.
Mungkin setiap kita membaca Al Qur-an, kita
jarang merasa bahwa yang kita baca itu adalah surat dari Alloh dan yang
disurati adalah manusia.
Jadi tujuan manusia diciptakan oleh Alloh
adalah ‘liya`buduun ‘ supaya manusia itu ibadah kepadaKU.
Alam semesta untuk manusia, dan manusia untuk
ibadah kepada Alloh.
Jadi seandainya tidak ada manusia otomatis
tidak ada alam semesta, untuk apa dunia ini tanpa manusia ?
Adapun manusia itu untuk ibadah, seandainya
tidak ada ibadah maka tidak perlu ada manusia.
Jadi memang betul apa yang diterangkan oleh
Imam Ghozali tersebut.
MANUNGGALE GUSTI LAN KAWULO
WAMAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLAA
LIYA`BUDUUN.
Satu ayat saja begitu sulitnya.
Ayat ini kalau dibuka secara ilmu haqeqat, maka
orang yang membuka itu darahnya dianggap halal oleh orang awam.
Bila dibuka secara ilmu haqeqat, maka
bahasannya itu luas, sampai mengenai manunggale gusti lan kawulo,
manunggale kawulo lan gusti, padahal masalah inilah yang sangat dibenci oleh
orang feqih.
Manunggale gusti lan kawulo itu berbeda dengan
manunggale kawulo lan gusti.
Apakah manunggale gusti lan kawulo itu seperti
manunggale air garam dengan asinnya, apakah seperi manunggale madu dengan
manisnya, apakah seperti manunggale api dengan panasnya?
Tidak seperti itu. Gusti Alloh itu tidak
seperti itu.
Ayat ” WAMAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLAA
LIYA`BUDUUN “ ini kalau dibuka akan sampai ke situ.
APAKAN ALLOH BUTUH DISEMBAH ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar